April 05, 2017

Museum Trinil

Museum Trinil (sumber: IG @explor_ngawi)

Museum Trinil
        Tempat ini berisi sejarah manusia purba beserta kehidupan purba lainnya yang ditemukan oleh arkeologis Belanda bernama Eugene Dubois tahun 1891 -  1892. Selain itu disitus ini juga ditemukan fosil banteng dan gajah purba yang sangat berguna bagi penelitian dan pendidikan khususnya dibidang sejarah kepurbakalaan. Dalam komplek museum ini disajikan berbagai peralatan hidup dan fosil-fosil  peninggalan masa prasejarah yang ditemukan sepanjang aliran sungai Bengawan Solo. Selain mengamati dan menikmati koleksi museum pengunjung juga ditawari pemandangan Sungai Bengawan Solo dari ketinggian.
        Sejarah Museum Trinil  tidak lepas dari jasa Wirodiharjo (Wirobalung). Yang sejak tahun 1967 ia memiliki gagasan mengumpulkan fosil-fosil yang sering ia temui di tepi kali Bengawan Solo. Lalu fosil-fosil tersebut ia simpan di rumahnya. Dan bahkan rumahnya 1/3-nya terisi oleh berbagai fosil. Kemudian pada tahun 1980-1981 Pemda mendirikan Museum Mini untuk menampung fosil koleksi Wirodiharjo dan mengingat hasil penemuan serta Tugu Monumen penduduk arah ditemukannya fosil Phitecanthropus Erectus oleh Eugene Dubois yang sudah dikenal sejak 1891 maka Pemprov Jatim membangun Museum Trinil dan diresmikan oleh gubernur Jawa Timur, Soelarso pada tanggal 20 November 1991. Museum Trinil di dalamnya terdapat berbagai fosil yang diantaranya adalah tanduk kerbau, gading gajah, tanduk banteng, berbagai gigi manusia purba dan lainnya. Banyak sekali peninggalan fosil-fosil yang membuat kita menarik waktu ke jutaan tahun lamanya.


Lokasi

Museum Trinil, Kedunggalar, Ngawi, Jawa Timur, Indonesia. Museum Trinil atau Kepurbakalaan Trinil terletak di Dukuh Pilang, desa Kawu, Kecamatan Kedunggalar, Kabupaten Ngawi. Berjarak 14 km dari Kota Ngawi ke arah Barat Daya, pada km 10 jalan Raya Ngawi, Solo. Ada pertigaan belok ke arah Utara. Sepanjang 3 km perjalanan baru sampai pada museum Trinil. Letaknya sendiri di pinggiran kali Bengawan Solo, dan layaknya situs-situs kepurbakalaan yang ada di tanah air memang cenderung di pinggiran sungai. Seperti halnya situs Sangiran atau situs Sambung Macan Sragen juga di Bantaran Sungai Bengawan Solo.

Aksesibilitas
       Area Museum Trinil menempati areal tanah seluas 2,5 Ha. Museum Trinil yang berada di dekat kota Ngawi, untuk menempuhnya sangat mudah sekali. Jika kita dari Ngawi, kita menuju arah Solo. Sekitar 12 km ke Barat. Dan kemudian masuk sekitar kurang lebih 3 km ke Utara. Jika naik kendaraan umum dari Ngawi, bilang saja turun di Pertigaan Trinil, atau Trinil. Lalu untuk menuju Museumnya kita dapat menyewa jasa ojek setempat. Kurang lebih biayanya hanya Rp 10.000,-.

Harga Tiket
Harga tiket untuk memasuki Museum Trinil adalah Rp 1.000,00 untuk anak-anak dan Rp 2.000,00 untuk orang dewasa. Tiket ini dibayarkan di pos penjaga yang terdapat di luar museum. Apabila menggunakan kendaraan pribadi, Anda dikenai biaya parkir, yaitu Rp 1.000,00 untuk motor dan Rp 2.000,00 untuk mobil.

Akomodasi dan Fasilitas Lainnya
      Museum Purbakala Trinil telah dilengkapi berbagai fasilitas, seperti lahan parkir yang cukup luas, pendopo atau ruang pertemuan, kantor layanan informasi, tempat istirahat bagi tamu atau peneliti yang ingin tinggal selama beberapa hari, mushola, serta toilet. Selain berbagai fasilitas tersebut, wisatawan yang ingin beristirahat usai mengunjungi museum bisa rehat sejenak dengan duduk-duduk di taman yang dilengkapi dengan sarana bermain anak. Taman ini telertak di sebelah utara museum. Taman bermain anak tersebut menyediakan berbagai sarana permainan anak, seperti ayunan, papan seluncur, serta jungkat-jungkit. Selain dihiasi oleh bunga-bunga, taman ini juga diperindah dengan patung-patung hewan yang merupakan rekonstruksi dari bentuk-bentuk hewan purba.
       Bagi Anda yang ingin melihat langsung aliran Bengawan Solo dapat duduk-duduk di kursi panjang yang menghadap sungai yang terkenal berkat lagu keroncong ciptaan Gesang ini. Sungai ini memanjang persis di sebelah museum dengan dilingkupi rerimbunan pohon yang menyejukkan suasana. Apabila merasa lapar, para pelancong dapat memesan makanan seperti tempe lodeh plus telur dadar dengan harga yang sangat terjangkau di warung-warung makan di depan museum.


No comments:

Post a Comment